Saudaraku "bersikap objektif, tidak langsung menilai buruk dan berbaik sangka terhadap suatu pernyataan, tentu akan lebih bijak buat kita"
Terkadang apa yang dikatakan, atau apa yang ditulis orang lain, tentang suatu pernyataan atau cerita langsung kita pandang suatu kebenaran tanpa mencari tahu apakah hal tersebut memang suatu kebenaran atau suatu kebohongan.
Kita sering mendengar dari perkataan orang- orang, "orang yang berjenggot, celana cingkrang, tidak tahlilan dan tidak zikir berjemaah selesai shalat, itu dikaitkan dengan aliran atau disebut kelompok Wahabi" tanpa kita ketahui dengan jelas secara ilmiah, apa dan siapa Wahabi?
Saudaraku yang baik, maka terdorong dihati saya untuk menyusun tulisan ini, dengan harapan kita semua berada dalam kebenaran dan tetap menuntut ilmu agama, agar bisa membedakan dimana yang benar dan mana yang salah. Baiklah, yuk kita simak tulisan berikut, dengan merangkum dan meringkas dari beberapa sumber rujukkan tulisan.
KEADAAN YANG
MELATAR BELAKANGI MUNCULNYA TUDUHAN WAHABI [1]
Pertama dan utama sekali kita ucapkan puji syukur kepada Allah subhaanahu wa ta’ala,
yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita, sehingga pada
kesempatan yang sangat berbahagia ini kita dapat berkumpul dalam rangka
menambah wawasan keagamaan kita sebagai salah satu bentuk aktivitas ‘ubudiyah
kita kepada-Nya. Kemudian salawat beserta salam buat Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam,
yang telah bersusah payah memperjuangkan agama yang kita cintai ini, untuk demi
tegaknya kalimat tauhid di permukaan bumi ini.
Pada abad (12 H / 17 M) keadaan
beragama umat Islam sudah sangat jauh menyimpang dari kemurnian Islam itu
sendiri, terutama dalam aspek aqidah, banyak sekali di sana sini
praktek-praktek syirik atau bid’ah, para ulama yang ada bukan berarti tidak
mengingkari hal tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas lingkungan mereka
saja dan tidak berpengaruh secara luas, atau hilang ditelan oleh arus gelombang
yang begitu kuat dari pihak yang menentang karena jumlah mereka yang begitu
banyak di samping pengaruh kuat dari tokoh-tokoh masyarakat yang mendukung
praktek-praktek syirik dan bid’ah tersebut demi kelanggengan pengaruh mereka
atau karena mencari kepentingan duniawi di belakang itu, sebagaimana keadaan
seperti ini masih kita saksikan di tengah-tengah sebagian umat Islam,
barangkali negara kita masih dalam proses ini.
Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang
pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim. Yang pernah mendapat pujian
dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam sabda
beliau: “Bahwa
mereka (yaitu Bani Tamim) adalah umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal.” (HR.
Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525)
Tepatnya tahun 1115 H di ‘Uyainah di
salah satu perkampungan daerah Riyadh. Beliau lahir dalam lingkungan keluarga
ulama, kakek dan bapak beliau merupakan ulama yang terkemuka di negeri Nejd,
belum berumur sepuluh tahun beliau telah hafal al-Qur’an, ia memulai
pertualangan ilmunya dari ayah kandungnya dan pamannya, dengan modal kecerdasan
dan ditopang oleh semangat yang tinggi beliau berpetualang ke berbagai daerah
tetangga untuk menuntut ilmu seperti daerah Basrah dan Hijaz, sebagaimana
lazimnya kebiasaan para ulama dahulu yang mana mereka membekali diri mereka
dengan ilmu yang matang sebelum turun ke medan dakwah.
Selain berdakwah, beliau
tetap menimba ilmu dari ayah beliau sendiri, setelah ayah beliau meninggal
tahun 1153, beliau semakin gencar mendakwahkan tauhid
KEPADA SIAPA TUDUHAN GELAR WAHABI TERSEBUT [1]
Karena hari demi hari dakwah Tauhid
semakin tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu lagi untuk melawan dengan
kekuatan, maka mereka berpindah arah dengan memfitnah dan menyebarkan isu-isu
bohong supaya mendapat dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju dakwah
tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar adalah sebutan Wahabi untuk orang
yang mengajak kepada Tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap penyeru kepada
kebenaran pasti akan menghadapi berbagai tantangan dan onak duri dalam
menelapaki perjalanan dakwah.
POKOK-POKOK LANDASAN DAKWAH YANG DICAP SEBAGAI
WAHABI [2]
Pokok landasan dakwah yang utama sekali
beliau tegakkan adalah pemurnian ajaran tauhid dari berbagai campuran syirik
dan bid’ah, terutama dalam mengkultuskan para wali, dan kuburan mereka, hal ini
akan nampak jelas bagi orang yang membaca kitab-kitab beliau, begitu pula
surat-surat beliau (lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau dalam kita Majmu’ Muallafaat Syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab, jilid 3).
Begitu pula Raja Abdul Aziz dalam
sebuah pidato yang beliau sampaikan di kota Makkah di hadapan jamaah haji tgl
11 Mei 1929 M dengan judul “Inilah Aqidah Kami”: “Mereka menamakan kami sebagai
orang-orang wahabi, mereka menamakan mazhab kami wahabi, dengan anggapan
sebagai mazhab khusus, ini adalah kesalahan yang amat keji, muncul dari isu-isu
bohong yang disebarkan oleh orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu, dan
kami bukanlah pengikut mazhab dan aqidah baru, Muhammad bin Abdul Wahab tidak
membawa sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah salafus sholeh,
yaitu yang terdapat dalam kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang
menjadi pegangan salafus sholeh. Kami memuliakan imam-imam yang empat, kami
tidak membeda-bedakan antara imam-imam; Malik, Syafi’i , Ahmad dan Abu Hanifah,
seluruh mereka adalah orang-orang yang dihormati dalam pandangan kami,
sekalipun kami dalam masalah fikih berpegang dengan mazhab hambaly.” (al Wajiz fi Sirah Malik Abdul
Aziz, hal: 216)
BENARKAH WAHABI SESAT ? [3]
Al Lajnah
Ad Daimah, Komisi Tetap Urusan Riset dan Fatwa di Saudi Arabia ditanya, “Siapakah wahabiyah?”
Jawaban
para ulama yang duduk di Al Lajnah Ad Daimah, Wahabiyah adalah kata yang
dimunculkan oleh para penentang dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab rahimahullah.
Padahal Syaikh rahimahullah berdakwah untuk memurnikan tauhid
dari berbagai macam kesyirikan. Beliau ingin menghapus berbagai macam cara
beragama di luar yang dituntunkan oleh Nabi kita Muhammad bin
Abdillah shallallahu
‘alaihi wa sallam.
Maksud
dari pemunculan nama ini sebenarnya adalah untuk menjauhkan dan menghalangi manusia dari dakwah beliau. Namun usaha semacam ini
tidaklah membahayakan dakwah beliau. Bahkan dakwah beliau semakin tersebar di
berbagai penjuru dunia dan semakin dicintai.
Di antara
mereka yang diberi taufik oleh Allah untuk mengenal dakwah beliau, mereka
melakukan penelitian lebih lanjut tentang hakikat dakwah beliau, mereka pun
membelanya, karena beliau selalu bersandar pada dalil Al Kitab dan As Sunnah
yang shohih pada setiap apa yang beliau sampaikan. Sehingga mereka semakin
berpegang teguh dengan dakwahnya, mengikutinya dan mengajak manusia kepada
dakwah beliau. Wa lillahil hamd (Segala pujian hanyalah milik
Allah).
WAHABISME VERSUS TERORISME [4]
Tersebar isu bahwa aksi teroris dikaitkan
dengan kelompok Islam tertentu yang mereka sebut dengan kelompok wahabi.
Pengkaitan aksi terorisme dengan kelompok wahabi merupakan bola api liar yang
sangat berbahaya dan bisa mengenai siapa saja yang memperjuangkan pemurnian
Islam. Sehingga saling lempar tuduhan, bahkan ada yang menyatakan bahwa
kelompok teroris adalah mereka yang suka membid’ahkan kelompok lain maka hal
ini bisa mengenai organisasi Muhamadiyah, al-Irsyad, Persis atau kelompok mana
saja yang memperjuangkan kemurnian ajaran Islam.
Sebenarnya, Wahabi merupakan firqah
sempalan Ibadhiyah khawarij yang timbul pada abad kedua hijriyah (jauh sebelum
masa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab -ed), yaitu sebutan Wahabi nisbat kepada
tokoh sentralnya Abdul Wahab bin Abdurrahman bin Rustum yang wafat tahun 211 H.
Wahabi merupakan kelompok yang sangat ekstrim kepada ahli sunnah, sangat
membenci syiah dan sangat jauh dari Islam.
Untuk menciptakan permusuhan di tengah
Umat Islam, kaum Imperialisme dan kaum munafikun memancing di air keruh dengan
menyematkan baju lama (Wahabi) dengan berbagai atribut penyimpangan dan
kesesatannya untuk menghantam dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab atau
setiap dakwah mana saja yang mengajak untuk memurnikan Islam.
Karena dakwah beliau sanggup merontokkan
kebatilan, menghancurkan angan-angan kaum durjana dan melumatkan tahta
agen-agen asing, maka dakwah beliau dianggap sebagai penghalang yang mengancam
eksistensi mereka di negeri-negeri Islam.
Contohnya Inggris mengulirkan isue wahabi
di India, Prancis menggulirkan isu wahabi di Afrika Utara, bahkan Mesir menuduh
semua kelompok yang menegakkan dakwah Tauhid dengan sebutan Wahabi, Italia juga
mengipaskan tuduhan wahabi di Libia, dan Belanda di Indonesia, bahkan menuduh
Imam Bonjol yang mengobarkan perang Padri sebagai kelompok yang beraliran
Wahabi. Semua itu, mereka lakukan karena mereka sangat ketakutan terhadap
pengaruh murid-murid Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab yang mengobarkan jihad
melawan Imperialisme di masing-masing negeri Islam.
Tuduhan buruk yang mereka lancarkan
kepada dakwah beliau hanya didasari tiga faktor:
- Tuduhan itu berasal dari para tokoh
agama yang memutarbalikkan kebenaran, yang hak dikatakan bathil dan
sebaliknya, keyakinan mereka bahwa mendirikan bangunan dan masjid di atas
kuburan, berdoa dan meminta bantuan kepada mayit dan semisalnya termasuk
bagian dari ajaran Islam. Dan barangsiapa yang mengingkarinya dianggap
membenci orang-orang shalih dan para wali.
- Mereka berasal dari kalangan ilmuwan
namun tidak mengetahui secara benar tentang Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahab dan dakwahnya, bahkan mereka hanya mendengar tentang beliau dari
pihak yang sentimen dan tidak senang Islam kembali jaya, sehingga mereka
mencela beliau dan dakwahnya sehingga memberinya sebutan Wahabi.
- Ada sebagian dari mereka takut
kehilangan posisi dan popularitas karena dakwah tauhid masuk wilayah
mereka, yang akhirnya menumbangkan proyek raksasa yang mereka bangun siang
malam.
Dan barangsiapa ingin mengetahui secara
utuh tentang pemikiran dan ajaran Syaikh Muhammad maka hendaklah membaca
kitab-kitab beliau seperti; Kitab Tauhid, Kasyfu as-Syubhat, Usul ats-Tsalatsah dan Rasail beliau
yang sudah banyak beredar baik berbahasa arab atau Indonesia.
MELURUSKAN TUDUHAN TERHADAP BELIAU [5]
Tuduhan: Bahwa
beliau sebagai Khawarij, karena telah memberontak terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah.
Al-Imam Al-Lakhmi telah berfatwa bahwa Al-Wahhabiyyah adalah salah satu dari
kelompok sesat Khawarij ‘Ibadhiyyah, sebagaimana disebutkan dalam kitab
Al-Mu’rib Fi Fatawa Ahlil Maghrib, karya Ahmad bin Muhammad Al-Wansyarisi, juz
11.
Bantahan:
Adapun pernyataan bahwa Asy-Syaikh telah
memberontak terhadap Daulah Utsmaniyyah, maka ini sangat keliru. Karena Najd
kala itu tidak termasuk wilayah teritorial kekuasaan Daulah Utsmaniyyah.
Demikian pula sejarah mencatat bahwa kerajaan Dir’iyyah belum pernah melakukan
upaya pemberontakan terhadap Daulah ‘Utsmaniyyah. Justru merekalah yang
berulang kali diserang oleh pasukan Dinasti Utsmani.
Lebih dari itu Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab mengatakan –dalam kitabnya Al-Ushulus Sittah–: “Prinsip ketiga:
Sesungguhnya di antara (faktor penyebab) sempurnanya persatuan umat adalah
mendengar lagi taat kepada pemimpin (pemerintah), walaupun pemimpin tersebut
seorang budak dari negeri Habasyah.”
Dari sini nampak jelas, bahwa sikap Asy-Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab terhadap waliyyul amri (penguasa) sesuai dengan
ajaran Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bukan ajaran Khawarij.
Mengenai fatwa Al-Lakhmi, maka yang dia
maksudkan adalah Abdul Wahhab bin Abdurrahman bin Rustum dan kelompoknya, bukan
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para pengikutnya. Hal ini karena tahun
wafatnya Al-Lakhmi adalah 478 H, sedangkan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab
wafat pada tahun 1206 H /Juni atau Juli 1792 M. Amatlah janggal bila ada orang
yang telah wafat, namun berfatwa tentang seseorang yang hidup berabad-abad
setelahnya. Adapun Abdul Wahhab bin
Abdurrahman bin Rustum, maka dia meninggal pada tahun 211 H. Sehingga amatlah
tepat bila fatwa Al-Lakhmi tertuju kepadanya.
Berikutnya, Al-Lakhmi merupakan mufti
Andalusia dan Afrika Utara, dan fitnah Wahhabiyyah Rustumiyyah ini terjadi di
Afrika Utara. Sementara di masa Al-Lakhmi, hubungan antara Najd dengan
Andalusia dan Afrika Utara amatlah jauh. Sehingga bukti sejarah ini semakin
menguatkan bahwa Wahhabiyyah Khawarij yang diperingatkan Al-Lakhmi adalah
Wahhabiyyah Rustumiyyah, bukan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan para
pengikutnya.
Lebih dari itu, sikap Asy-Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab terhadap kelompok Khawarij sangatlah tegas. Beliau berkata –dalam
suratnya untuk penduduk Qashim–: “Golongan yang selamat itu adalah kelompok
pertengahan antara Qadariyyah dan Jabriyyah dalam perkara taqdir, pertengahan
antara Murji`ah dan Wa’idiyyah (Khawarij) dalam perkara ancaman Allah Subhanahu
wa Ta’ala, pertengahan antara Haruriyyah (Khawarij) dan Mu’tazilah serta antara
Murji`ah dan Jahmiyyah dalam perkara iman dan agama, dan pertengahan antara
Syi’ah Rafidhah dan Khawarij dalam menyikapi para shahabat Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (Lihat Tash-hihu Khatha`in Tarikhi Haula
Al-Wahhabiyyah, hal 117). Dan masih banyak lagi pernyataan tegas beliau tentang
kelompok sesat Khawarij ini.
-----------------------------
Sumber Rujukkan:
[1].
https://muslim.or.id/10-apa-itu-wahabi-1.html
© 2022
[2]. https://muslim.or.id/11-apa-itu-wahabi-2.html
© 2022
[3]. https://rumaysho.com/1421-benarkah-wahabi-sesat.html
[4]. https://muslim.or.id/1276-wahabisme-versus-terorisme.html
[5]. https://almanhaj.or.id/1988-apa-dan-siapakah-wahhabi.html
Note : Terkait bahasan di atas, link video berikut dapat juga menjadi referensi, silahkan disimak : Stigma wahabi, Masalah Wahabi