Di dalam hadis arba’in An-Nawiyyah hadis ke 12, ada hadis sangat indah berbunyi,
مِنْ حُسْنِ إسلامِ
المَرءِ تَركُهُ ما لا يَعْنِيهِ
“Diantara tanda indahnya Islam seseorang adalah meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Mari kita
renungi hikmah – hikmah di dalam hadis ini, melalui beberapa sisi berikut :
- Kedudukan hadis.
- Makna hadis
- Pelajaran kehidupan dari hadis
Kedudukan Hadis
Hadis ini adalah salah satu dari empat hadis yang menjadi inti atau sumber akhlak yang mulia. Sebagaimana keterangan dari Ibnu Sholah -rahimahullah-, beliau mengatakan, “Inti dari adab yang mulia ada pada empat hadits Nabi berikut :
Pertama, Hadis Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَنْ كَانَ يُؤمنُ باللهِ واليومِ الآخر فليَقُلْ
خيراً أو ليَصْمُت
“Siapa yang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir hendaknya berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Kedua, sabda Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam,
مِنْ حُسْنِ إسلامِ
المَرءِ تَركُهُ ما لا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan perkara-perkara yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. Tirmidzi, hasan)
Ketiga, sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
لا تَغْضَبْ
Sabda Nabi kepada seorang yang meminta wasiat kepada beliau, kemudian beliau memberi wasiat singkat, “Jangan marah” Beliau sampai mengulanginya sebanyak tiga kali. (HR. Bukhari)
Keempat, sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam,
المُؤْمِنُ يُحبُّ
لأخيه ما يُحبُّ لنفسه
“Seorang
mukmin itu menginginkan untuk saudaranya apa yang dia inginkan untuk dirinya
sendiri” (HR. Bukhari dan Muslim)
(Lihat : Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Bila kita
sederhanakan, 4 sifat yang menjadi inti akhlak mulia yang disebut di hadis –
hadis di atas adalah :
- Orang yang ucapannya baik.
- Orang yang pandai menghindar dari hal – hal
yang tak bermanfaat.
- Orang yang tidak mudah marah.
- Orang yang penyayang kepada saudaranya.
Sehingga tidak heran jika para ulama menyebut pada hadis ini tampak mukjizat Rasulullah -shallallahu’alaihi wa sallam-, yaitu jawami’ al kalim; atau kemampuan berbicara ringkas namun sangat dalam maknanya dan sangat padat hikmahnya. Sampai ada ulama yang menilai hadis ini adalah setengahnya Islam. Ada juga ulama yang bilang, “Islam itu ya, hadis ini.” Yang lain menyimpulkan, “Hadis ini seperempatnya agama Islam.”
sumber referensi (baca artikel versi lengkap) :
[1] https://remajaislam.com/1975-tinggalkan-yang-tak-ada-manfaat.html